17/05/14

Siswa SMA SAMPOERNA (ASBI) Diarahkan Masuk USBI, Utang Ratusan Juta Rupiah Menanti


Putera Sampoerna Foundation (PSF) pada tahun 2011 mendirikan Sampoerna Academy Bogor, lalu di 2013 berubah nama menjadi Akademi Siswa Bangsa Internasional (ASBI), terdaftar di Kemendikbud dengan nama SMA SAMPOERNA. Gedung sekolah dan asrama masih disewa dari Kinasih Resort, Caringin, Kabupaten Bogor. Siswa ASBI berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Pendanaan sekolah didapat dari donasi CSR perusahaan, seperti ExxonMobil, Bank Mandiri, Wilmar, Pindad, PermataBank, Sampoerna Agro, CIMB Niaga, Bait Al-Kamil, Toto, Pelindo I, Save A Teen dll. Sebagian kecil dana berasal dari sumbangan masyarakat melalui program Give 2 Education. Dana-dana hibah ini dikelola oleh Koperasi Siswa Bangsa (KSB), anak usaha di bawah bendera PSF.

Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) adalah universitas hasil penggabungan dari Sampoerna School of Education (SSE) dan Sampoerna School of Business (SSB). USBI didirkan pada tahun 2013 dan berada dibawah manajemen PSF, menyewa gedung di Mulia Business Park, Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta Selatan. Cikal bakal universitas muncul pada tahun 2009, di saat PSF mendirikan SSE, dan SSB di 2010. Pada tahun 2013, kedua institusi tersebut menjadi Fakultas Pendidikan dan Fakultas Bisnis di bawah naungan USBI, dengan penambahan dua fakultas baru, yaitu Fakultas Sains & Teknologi dan Fakultas Seni, Desain & Media. SSE terdaftar di Kemendikbud dengan nama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kebangkitan Nasional. Menurut website BAN-PT, program studi Bahasa Inggris terakreditasi B dan program studi Matematika terakreditasi C pada tahun 2012. Program studi lainnya belum memperoleh akreditasi.
 


Siswa ASBI Angkatan I (2011)

Juli 2011, sebanyak 200 siswa baru diterima dengan kontrak "beasiswa" selama 3 tahun dengan nilai total 150 juta rupiah.[1]





Sejak awal, siswa ASBI telah dikenalkan dengan perguruan tinggi milik PSF. Sering kali utusan USBI hadir ke kampus ASBI untuk mempromosikan program studinya. KSB juga sering mampir dengan menawarkan program pinjaman uang kuliah di USBI. Di sisi lain, PSF dan ASBI tampaknya kurang mendukung siswa yang ingin melanjutkan kuliah selain di USBI. Informasi PTN tak segencar info USBI. Kebijakan PSF dirasakan siswa sebagai tantangan atas cita-cita mereka berkuliah di PTN.

# Maret 2014, PSF tak kunjung memberikan izin siswanya yang ingin mendaftar SNMPTN dan Beasiswa Bidik Misi. Barulah di akhir Maret, saat masa pendaftaran hampir ditutup, siswa boleh mendaftar.



# 14-16 April 2014, 197 siswa ikut Ujian Nasional SMA di kampus ASBI. Setelah UN, beberapa siswa mengikuti bimbel SBMPTN di kota tempat tinggalnya (Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Timur, dsb), dengan catatan bahwa siswa wajib kembali ke sekolah kapanpun saat dipanggil.

# 9 Mei 2014, secara mendadak ASBI meminta seluruh siswa kelas 12 untuk kembali ke kampus paling lambat 12 Mei 2014, karena ada acara penting, tanpa dijelaskan detailnya. Beberapa siswa terpaksa meninggalkan bimbelnya dan bergegas berangkat ke Bogor, meskipun beberapa siswa yang bimbelnya jauh di kota lain memilih tidak ke Bogor.


# 14 Mei 2014, Sekolah membawa siswa kelas 12 ke kampus USBI untuk menghadiri seminar. Kemudian setelah seminar, KSB masuk ruangan dan memaparkan skema bantuan pendidikan (pinjaman) untuk kuliah di USBI, seperti yang tampak di gambar berikut.


# Semua siswa kelas 12 yang masih berada di luar diminta kembali ke kampus paling lambat 23 Mei 2014. Banyak kegiatan menanti.

# 27-29 Mei 2014, School Trip, perjalanan ke luar kota.

# 10 Juni 2014, Graduation (wisuda)

# 11 Juni 2014, Prom Night

# 18 Juni 2014, Siswa kelas 12 boleh pulang ke rumah masing-masing.

Penting untuk diketahui bahwa jadwal ujian tulis SBMPTN adalah 17 Juni 2014. Jika memerhatikan kegiatan ASBI di atas yang bertepatan dengan persiapan siswa menghadapi SBMPTN, tampak jelas PSF mempersulit siswa yang melamar PTN dan menginginkan siswanya untuk berkuliah di USBI dengan pinjaman KSB. Di SMA lain pada umumnya, perpisahan/wisuda segera dilakukan setelah UN, lalu siswanya dibebaskan untuk persiapan SBMPTN, tidak ada kegiatan lagi di sekolah selain menunggu berita kelulusan UN dan mengambil ijazah.

Hal yang menarik untuk dibahas adalah SKEMA DANA BANTUAN PENDIDIKAN untuk kuliah di USBI. Skema yang dipublikasikan pada gambar di atas sepertinya belum memperhitungkan kenaikan biaya tahunan karena inflasi.
Sekarang kita coba simulasikan pinjaman tersebut dengan lebih nyata.








Pinjaman diperkirakan sebesar 390 juta rupiah. Jumlah ini masih ditambah dengan biaya pengadaan (bunga) 65% dari pinjaman, biaya administrasi 7 juta dan juga kontribusi 150 juta. Total utang yang mesti dibayar membengkak menjadi 802 juta rupiah.

Pertanyaannya ialah bagaimana cara siswa membayar utang besar ini? Di dalam surat perjanjian nanti akan disebutkan bahwa KSB meminta pembayaran minimum 20% dari gaji bulanan.




Berapa tahun utang ini bisa dilunasi? Tentunya tergantung pada besar gajinya.
Mari kita simak simulasi cicilan utang di bawah ini, asumsikan kenaikan gaji 7% per tahun.





Jika siswa setelah lulus kuliah di tahun 2018, usia 22 tahun, mendapat gaji sebesar UMP Jakarta (diperkirakan sebesar 3 juta rupiah), dibutuhkan 33 tahun untuk melunasinya. Pada usia 55 tahun utang 800 jutaan ini baru lunas, di usia normal pekerja saat pensiun.

Gaji awal 5 juta? perlu mencicil 26 tahun. 
Gaji awal 10 juta? harus bayar utang 18 tahun. 
Masa cicilan utang ini diperkirakan lebih lama dari cicilan KPR yang biasanya 15, 20 atau 25 tahun.

Siswa ASBI Angkatan II dan III (2012 dan 2013)
150 siswa angkatan II masuk pada Juli 2012, dijelaskan secara lisan bahwa PSF memberi "beasiswa" selama 3 tahun SMA. Bulan Februari 2013 KSB memberikan draft surat perjanjian "Bantuan Biaya Pendidikan", tak ada kata beasiswa di dalamnya. Ternyata PSF mewajibkan para siswa memberikan kontribusi pengembalian dana 150 juta ini setelah mereka lulus kuliah dan bekerja. Bantuan Biaya Pendidikan ini didefinisikan sebagai pinjaman selama 7 tahun (ASBI dan USBI). Sempat diprotes para siswa dan orang tua yang merasa tertipu, kontrak sedikit direvisi, namun pinjaman tetap mengikat dan akhirnya ditandatangani pada September 2013. [1]



Siswa Angkatan I juga patut waspada, mengingat kejadian di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy Malang) pada Juni 2013, di masa akhir kelulusan siswa, PSF menyodorkan kontrak pengembalian "pinjaman biaya SMA" padahal sumber dana berasal APBD Kota Malang [2].


Siswa ASBI Angkatan IV (2014)
Saat ini ASBI sedang menyeleksi siswa baru yang akan mulai belajar di Juli 2014. Dalam website ASBI, jelas tertulis salah satu poin persyaratan bantuan pendidikan (pinjaman) adalah "Bersedia melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) setelah lulus dari ASBI."[3]




Misalkan siswa harus membayar utang ASBI 150 juta dan juga harus kuliah di USBI dengan pinjaman dari KSB, makin besarlah utang mereka. Simulasinya sebagai berikut.


PSF yang dahulu dikenal sebagai penyalur beasiswa telah berubah menjadi lembaga bisnis sosial. Siswa kurang mampu namun berprestasi direkrut untuk sekolah di ASBI. Siswa ASBI diwajibkan melanjutkan kuliah ke USBI. Siswa dan mahasiswa cerdas ini akan meningkatkan nilai jual kampus. Profil prestasi, foto, video mereka selalu digunakan untuk mengumpulkan dana donatur dari CSR perusahaan maupun sumbangan individu. Ketika menyumbang, para donatur tidak pernah berpikir meminta pengembalian dana nantinya. Namun dana-dana tersebut dipinjamkan kepada siswa miskin dengan bunga besar. Potensi keuntungan bisnis ini berlipat ganda.


Para orang tua dan siswa wajib berpikir cermat dan memahami semua pasal perjanjian sebelum mendaftar ASBI dan USBI serta setuju mengambil utang ini.

Sebaiknya tanyakan dalam diri:
- Sepadankah 800-950an juta dibayarkan untuk kuliah di kampus swasta yang baru berdiri?
- Apa kualitas universitas yang belum terakreditasi ini sudah terbukti?
- Bagaimana fakta serapan dunia kerja terhadap alumninya?
- Mampukah menyisihkan 20% gaji di sepanjang masa produktif?

Manusia bekerja untuk membahagiakan diri sendiri dan keluarga, tentunya banyak biaya lain yang lebih penting seperti biaya hidup rutin, bantuan untuk orang tua, biaya menikah, rumah, kendaraan, persalinan, pendidikan anak, dsb.
Pikirkan secara matang, jernih dan ikhlas. Uang sebesar itu bisa lebih dari cukup untuk membiayai kuliah di universitas negeri maupun swasta berkualitas di Indonesia. Hati-hati terbuai janji manis dari pihak yang piawai berpromosi dalam bisnis.

Sumber:

[1] Kontrak Pinjaman KSB
[2] Tempo
[3] Website ASBI